IBU DAN DIA
Maafku atas tangis ini
Maafku atas rasa bodoh ini
Maafku atas segala laraku untukmu
Maaf….
Ibu
Mengapa tak sadar diri ini
kalau DIA selalu menyayangiku
Lebih dari siapapun
Apapun
Aku tak sadar
Ketika DIA selalu mencobaku
Selalu tak terima aku
Ketika DIA sedikit memberiku masalah
Selalu tak rela aku
Baru kini kusadari
Bahwa dibalik semua cobaannya…
Pasti ada sebuah mimpi dan harapan
Mimpi untuk menggapai asa NYA
Ibu
Terimakasih atas segala peluhmu
Yang selalu menjagaku
Walau kita saling jauh
I will always love you
Now and forever
IBU
Buah Pena : Ikbal Oktaviansyah
Ibu…
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa
ibu..
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun diwaktu pagi ,siang , dan malam
ibu..
adalah wanita yang penuh perhatian, dikala.
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
dan bila aku kesepian
ibu..
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoaan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku.
aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu.
ibu..
engkau menangis karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kuruspun karena aku
engkau korbankan segalanya untukku
ibu..
jasamu tiada terbalas
jasamu tada terbeli
jasamu tiada akhir
dan jasamu terlukis indah didalam surga
ibu..
hanya doa yang bisa kupersembahkan untukmu
hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu..
Bumi menangis
Buah Karya : Ikbal oktaviansyah
kicauan burung tak seindah dulu
tarian daun tak sekencang dulu
hembusan laut tak setenang dulu
getaran gunung tak seseunyi dulu
apakaha kalian tak berfikir
begitu bodohnya kalian
mengubah bumi yang begitu indah
sekarang menjadi begitu tak berdaya
siapa yang bertanggung jawab
tanya sang bumi
aku tak sanggup menampung kalian
aku tak bisa melihat kalian
ucap sang bumi
bencana yang begitu banyak menimpaku
apa yang diperbuat anak bangsa untukku?
hanya pertunjukkan yang tiada arti
pertunjukkan untuk berlomba-lomba memperkaya diri
pertunjukkan peperangan satu sama lain
tiadakah kalian melihatku seperti ini
apa yang harus kulakukan untuk menyadarkan kalian
apakah hanya berharap
apakah hanya mengeluh
dan apakah hanya menangis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar